Kendari. Bentara Timur – Hari ini 8 September, masyarakat internasional memperingatinya sebagai Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day-55. Bertujuan untuk mengingatkan masyarakat internasional akan pentingnya melek aksara sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia serta untuk memajukan agenda keaksaraan menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan.
Hari Aksara Internasional dicanangkan oleh UNESCO (The United Educational, Scientific and Cultural Organization) pada konferensi umum UNESCO ke-14 tahun 1966. Namun untuk peringatannya sendiri baru dilaksanakan pada 1967.
Meskipun kemajuan cukup pesat saat ini, namun nyatanya masih ada 773 juta orang dewasa di seluruh dunia kekurangan keterampilan keaksaraan dasar atau literasi dasar.
Literasi dasar terdiri dari berbagai jenis seperti literasi baca tulis, finansial, numerasi, digital dan lainya.
Nah untuk di Indonesia, masalah tersebut masih menjadi tantangan meski memang sudah terjadi penurunan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS 2018, menyatakan jumlah penduduk buta aksara di Indonesia turun 3,29 juta orang atau 1,93 persen dari total populasi penduduk. Sebelumnya di tahun 2017 jumlah penduduk buta aksara sebanyak 3,4 juta orang.
Data pemerintah, masih banyak daerah yang penduduknya masih mengalami buta huruf antara lain Papua yakni 23, 11 persen Provinsi di ujung timur ini satu-satunya yang memiliki persentase buta huruf diatas 20 persen. Selain itu sebanyak 11 provinsi memiliki persentase buta huruf di atas nasional, diantaranya Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Sulawesi Tenggara, Bali, Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Sulawesi Barat.
Adapun daerah dengan persentase terendah buta huruf diduduki Provinsi Sulawesi Utara dengan persentase 0,22 persen, lalu menyusul Jakarta dengan persentase 0,34 persen.
Di tahun 2020 ini peringatan Hari Aksara Internasional berlangsung di tengah wabah pandemi corona, dan untuk itu UNESCO mengusung tema ” Literacy Teaching and Learning in the Covid-19 Crisis and Beyond with a Particular Focus of the Role Educators and Changing Pedagogies “.
Tema ini diusung lantaran pandemi Covid-19 yang melanda dunia berdampak pada berbagai sektor termasuk juga sektor pendidikan. Tema ini menyoroti pada pengajaran dan pembelajaran literasi dalam krisi Covid-19 dengan fokus pada peran pengajar dan perubahan pedagogi atau strategi dalam mengajar.
Selama pandemi di banyak negara, program literasi tidak masuk dalam kebijakan tanggap pendidikan. Bahkan program-program literasi banyak ditangguhkan atau memindahkanya secara virtual atau melalui televisi dan radio.
Lantas menjadi pertanyaan, apa dampak dari pandemi ini terhadap literasi dan pembelajaran? Bagaimana memposisikan pembelajaran secara efektif dalam proses pemulihan dan ketahanan nasional?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus direnungkan dalam peringatan hari Aksara Internasional 2020.
Pada Hari Aksara Internasional, UNESCO juga memberikan penghargaan kepada tokoh atau lembaga yang fokus memajukan literasi. Tahun ini penerimaan penghargaan akan disiarkan secara virtual. Ada dua penghargaan literasi UNESCO. Pertama The UNESCO King Sejong LIteracy Prize, penghargaan ini diberikan sejak 1989 dengan dukungan Pemerintah Republik Korea, diberikan kepada pengembangan dan penggunaan pendidikan serta pelatihan keaksaraan bahasa ibu. Selanjutnya penghargaan kedua adalah The UNESCO Confucius Prize Literacy diberikan bagi mereka yang telah mengupayakan melek huruf di antara orang dewasa di daerah pedesaan dan remaja putus sekolah terutama perempuan.
Penulis : (osf)