Cerita Sedih Meninggalnya Satu Keluarga di Kendari Karena Corona

Kendari. Bentara Timur – Erdianti (45) warga Kota Kendari tak pernah menyangka hanya dalam waktu singkat harus kehilangan tiga anggota keluarganya.  Ketiganya adalah Ayah, Ibu dan saudari perempuanya meninggal setelah menjalani perawatan karena terkonfirmasi positif virus corona (Covid-19).

Peristiwa menyedihkan ini berlangsung tak sampai sepekan. Awalnya saudari perempuanya Eti Nur Inah (54) yang meninggal pada 30 Agustus 2020. Lalu disusul ayahnya Nurdin Tahir (77) pada Selasa 1 September 2020 pukul 08.45 Wita, lalu hanya berantara sehari pada Kamis  3 September 2020 pukul 04.30 Wita ibunya Siti Zaenab (72)  juga meninggal. Ketiganya meninggal setelah sebelumnya menjalani perawatan di RSUD Bahteramas. Diketahui satu keluarga ini merupakan akademisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari. Eti bahkan tercatat sebagai Kepala Program Studi (Ka Prodi) Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari.

” Yang sakit pertama Ibu saya, dia dirawat sama kakak dan ternyata kakak lebih dulu pergi, almarhumah terkonfirmasi positif corona nanti meninggal setelah keluar hasil swabnya,” terang Erdianti dengan nada sedih ketika dihubungi Kamis (3/9/2020).

Menurut Erdianti duka mendalam memang menggelayuti keluarga besarnya lantaran tidak sampai sepekan mereka kehilangan tiga anggota keluarga sekaligus. Erdi berharap bisa mengambil hikmah dari rentetan kejadian pilu itu. Sejumlah anggota keluarga yang diketahui pernah melakukan kontak erat, kata Erdi, sudah memeriksakan diri dan kini menjalani isolasi mandiri.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dr. Rabiul Awal dalam keterangan tertulisnya melalui whatsApp mengatakan ketiga pasien yang meninggal ini sebelum dirawat memang memiliki gejala corona dan dari hasil rontgen terkena pneumonia.

“Rapd tesnya reaktif, swab positif dan setelah di rontgen ada pneumonia,” jelas pria yang juga karib disapa Wayong dalam keterangan tertulisnya di whatsApp.

Lebih jauh pria yang karib disapa Wayong itu menyampaikan jika saat ini eskalasi  Covid-19 di Sultra melonjak drastis. Dalam dua bulan kasus positif naik sampai 300 persen, sementara kasus kematian lonjakannya sampai 400 persen.  Per 2 September 2020, warga Sultra yang terinfeksi corona mencapai 1.623 kasus dan angka kematian sebanyak 32 kasus.  Ia menilai tingginya kasus positif ini karena masyarakat abai dengan protokol pencegahan dan penanggulangan virus corona.

Dengan tingginya  angka kasus positif dan kematian, Wayong mengingatkan agar pemerintah segera mengimplementasikan Instruksi Presiden (Inpres)  nomor 6 Tahun 2020 tentang protokol kesehatan di ruang publik.

Hal lain yang disampaikan Wayong aktivitas yang terbuka seperti saat ini, membuat kelompok rentan terpapar corona semakin sulit dilindungi karena penularan virus corona semakin tidak terkontrol.

“Kondisi makin terbuka kegiatan sosial dan aktivitas ekonomi politik makin naik jadi hanya tinggal sedikit yang menjalankan protokol kesehatan di ruang public. Jadi Inpres nomor 6 Tahun 2020 perlu ditindaklanjuti ada dasar hukum pihak terkait dan teknis untuk mengambil tindakan” urai Wayong.

Reporter : (onf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *