Kendari. Bentara Timur. Indonesia kini menempati urutan ketiga negara dengan persentase perokok aktif laki-laki. Posisi ini menempatkan Indonesia di bawah Cina dan India, dua negara dengan populasi penduduk yang jauh lebih besar.
Data WHO menunjukan di tahun 2023 sekitar 32,8 persen penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Ini mengalami peningkatan signifikan dari tahun sebelumnya ketika perokok aktif di sekitar 29,3 persen.
Dokter spesialis yang berfokus pada penyakit infeksi dan menular dari Pennsylvania Amerika Serikat, Marcelo Gareca mengatakan pada dekade 1990, angka kematian penduduk Indonesia banyak disebabkan karena penyakit menular, namun pada pertengahan tahun 2000 trend tersebut bergeser penyebab kematian yang tinggi di Indonesia salah satunya disebabkan karena penyakit tidak menular yang berhubungan erat dengan rokok antara lain jantung, kanker, penyakit paru, stroke dan penyakit yang berkaitan dengan kanker.
“Data menunjukan penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun sudah merokok angkanya 30 persen, ini menjadikan perusahaan rokok menargetkan remaja di Indonesia sebagai ceruk pasar produk mereka, karena mereka tau ketika sudah terpapar di usia 18 tahun dia akan kesulitan berhenti merokok sampai di usia 50 tahun,” jelas Marcelo di hadapan mahasiswa dan sejumlah dosen UMW, Rabu 13 September 2023.
Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi terhadap tingginya tingkat perokok aktif adalah harga rokok yang relatif murah. Memang dalam beberapa tahun terakhir pemerintah mencoba meningkatkan pajak rokok sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi tembakau. Memang dampak kenaikan harga rokok ini
Bea Cukai Gagalkan Peredaran Rokok Ilegal di Kolaka Senilai Rp1 Miliar
UMW Gelar Kuliah Tamu Hadirkan Dokter Spesialis Penyakit Menular dari Amerika
Selain itu promosi dan iklan rokok yang agresif juga masih menjadi masalah utama. Meskipun ada regulasi yang melarang iklan rokok di media massa, perusahaan tembakau seringkali menggunakan strategi pemasaran yang kreatif untuk menarik konsumen terutama generasi muda.
Dampak dari tingginya tingkat perokok aktif tidak hanya terbatas pada kesehatan masyarakat tetapi juga berdampak pada ekonomi negara. Biaya perawatan kesehatan yang tinggi akibat penyakit terkait rokok menjadi beban berat bagi sistem kesehatan nasional.
Untuk mengatasi masalah ini pemerintah perlu mempertimbakan berbagai langkah yang lebih tegas termasuk peingkatan harga rokok secara signifikan. Pengawasan ketat terhadap promosi rokok dan peningkatan edukasi tentang bahaya merokok. Selain itu perlu dukungan masyarakat untuk kampanye anti-merokok juga sangat penting sebagai upaya mengurangi jumlah perokok aktif di Indonesia.
Rosniawanti