Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara (Malut) mencatat dari 34 provinsi di Indonesia, Malut merupakan provinsi yang warganya paling bahagia pada 2021. Hasil ini didapat berdasarkan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), di mana Malut memperoleh angka 76,34 pada skala 0-100.
Indeks Kebahagiaan ini terdiri atas dimensi kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia).
Kontribusi masing-masing dimensi terhadap Indeks Kebahagiaan Maluku Utara adalah Kepuasan Hidup 35,44 persen, Perasaan 29,76 persen, dan Makna Hidup 34,80 persen. Nilai indeks masing-masing dimensi Indeks Kebahagiaan adalah Kepuasan Hidup sebesar 80,88, Perasaan sebesar 67,92, dan Dimensi Makna Hidup sebesar 79,41. Seluruh indeks dimensi diukur pada skala 0-100.
Sosiolog Malut, Herman Oesman, menilai tingginya Indeks Kebahagiaan Malut disebabkan masih terpeliharanya sistem babari atau gotong royong warga.
Sebelum suatu survei, riset, atau penelitian dilakukan, tutur Herman, terlebih dahulu variabel atau indikator ditentukan. Indikator memberikan suatu kondisi tertentu yang digunakan untuk mengukur apa yang terjadi.
Untuk Indeks Kebahagiaan, pada 2014 hanya menggunakan satu indikator, yakni kepuasan hidup. Pada 2017, indikatornya ditambah.
Karena ini dalam kerangka ilmiah-akademis, maka indikator itulah yang menjadi ukuran orang Maluku Utara bahagia.
“Bagi saya, mungkin bukan soal angka-angka kebahagiaan itu, tetapi pada ikatan integrasi sosial warga Maluku Utara yang masih merawat nilai-nilai kekerabatan tanpa disekat oleh perbedaan apapun,” jelas Herman, Selasa (11/1).
Menurutnya, relasi sosial dengan saling menghargai, menghormati yang tumbuh secara alamiah, menjadikan masyarakat Maluku Utara pada dasarnya hidup dalam suasana saling gotong royong, babari, atau berbagai istilah yang terdapat di tiap daerah dengan nafas dan spirit yang sama, saling menguatkan.
Secara sosiologis, masyarakat Maluku Utara adalah potret masyarakat yang guyub, kohesi dan modal sosial yang masih terjaga dan terawat dengan baik. Itulah yang menjadikan masyarakat Maluku Utara bahagia.
“Meskipun indikator yang digunakan sangat abstrak, tapi ungkapan jujur dapat menjadi bagian penting untuk ditakar dengan skor. Ini soal metode yang digunakan BPS, dan nilai-nilai gotong royong itu di Maluku Utara masih terjaga,” tandas Herman.
Source: tandaseru.com