Kendari. Bentara Timur – Hari ini, 16 tahun lalu 7 September 2004 pejuang kemanusiaan Munir Said Thalib meninggal setelah diracun di pesawat dalam perjalanan di Jakarta menuju Amsterdam, Belanda. Dari hasil outopsi diketahui jika Munir meninggal karena racun arsenik yang diberikan pilot Garuda Pollycarpus Budihari Prijanto.
Selama 16 tahun kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia itu, aktor intelektual dibalik kematian pendiri Imparsial dan aktivis Kontras itu belum ditangkap. Karena itulah setiap tahun, setiap 7 September, masyarakat selalu menyuarakan kalimat “merawat ingatan, menolak lupa”. Seperti tahun ini peringatan kematian Munir ramai di media sosial twitter.
Munir lahir di Malang Jawa Timur 8 Desember 1965. Sejak berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (Unibraw) Munir sudah dikenal sebagai aktivis kampus yang getol dan vokal menyuarakan perlawanan pada ketidak adilan.
Tak hanya itu, Munir juga aktif di berbagai organisasi external kampus. Setelah lulus ia tetap aktif sebagai aktivis pejuang kemanusiaan.
Namanya makin mencuat ke permukaan dan membuat pemerintah orde baru gerah saat Munir mendampingi kasus penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa pada 1997 hingga 1998 yang hilang karena penculikan. Saat itu beredar kabar jika pelakunya adalah tim Mawar dari Kopasus TNI AD.
Munir juga pernah mendampingi korban tragedi Tanjung Priok 1984, Kasus Araujo yang dituduh memberontak pada Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992.
Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah kasus pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada tahun 1994.
Karena sikap berani dan sigapnya dalam menentang ketidakadilan oleh beberapa pihak pada masa pemerintahan Orde Baru membuat Munir tak disukai oleh pemerintah.
Dia kerap menjadi sasaran dari pihak intelijen karena dianggap berbahaya. Munir juga sering mendapat banyak ancaman dari bebrapa orang. Namun ia tidak gentar dan terus bersuara lantang pada kesewenang-wenangan.
Hingga pada akhirnya 7 September 2004 di ketinggian 4000 kaki, nyawa pria bertubuh ceking itu melayang di udara setelah diracun arsenik. Hari ini 16 tahun kematian Munir, kita tetap menolak lupa bersuara tanpa rasa takut mengenang pejuang kemanusiaan, Munir.
Penulis : (osf)