OJK Sebut Sinergi Bersama Kunci Tingkatkan Literasi Keuangan

Foto: BNI

Kendari. Bentara Timur.  Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia terus mengalami kenaikan. Data dari We are Social menunjukan tren pengguna internet di tahun 2022 ini mencapai 204,7 juta dari jumlah penduduk mencapai 277,7 juta jiwa. Ini artinya lebih dari setengah populasi masyarakat di Indonesia sudah terpapar internet. 

Tren kenaikan pengguna internet ini juga dibarengi dengan transaksi layanan keuangan secara elektronik pun mengalami pertumbuhan signifikan. Terlebih saat era pandemi Covid- 19. 

Terbatasnya mobilitas dan akses membuat masyarakat menggunakan layanan transaksi digital ini.  Meski secara keseluruhan tingkat literasi keuangan masyarakat baru di angka 36 %. Bahkan indeks literasi digital masih 3,49 %.

Beberapa layanan yang paling banyak digunakan adalah pembayaran tagihan mencapai 66,6 %, disusul pinjaman online mencapai 27,4%, lalu pembelian asuransi online, 9,9 %, pembukaan rekening 4,6% serta investasi online 4,3%.

 Direktur Literasi dan Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Horas V.M Tarihoran menjelaskan,  naiknya transaksi digital ini membuat banyak potensi ekonomi terbuka,  namun disisi lain masyarakat juga perlu mewaspadai risiko kejahatan siber saat bertransaksi yang semakin beragam. 

Oleh sebab itu literasi keuangan harus ditingkatkan. Tentu ini tidak bisa dilakukan semata oleh OJK. 

“Kemampuan OJK dalam melakukan literasi masih  terbatas  baik dari sisi SDM juga anggaran. Kami harus bersinergi, dengan pelaku jasa keuangan lainya. Ini dikuatkan dengan  Peraturan OJK Nomor 76 tahun 2016 tentang kewajiban untuk pelaku jasa keuangan untuk melakukan kegiatan literasi,” papar Horas dalam webinar Literasi Keamanan Digital Perbankan “Peduli Lindungi Data Pribadi” pada Jumat 20 Agustus 2022. 

Diakui  Horas, dalam meningkatkan literasi keuangan digital ini  ada sejumlah  tantangan  antara lain kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. ada 17 ribu pulau yang tersebar di Indonesia.

Akses internet yang belum merata di seluruh daerah di Indonesia juga menjadi kendala. 

“Tingkat pendidikan dan ekonomi setiap wilayah di Indonesia berbeda. Dan ada gap indeks literasi keuangan yang berbeda di wilayah perkotaan dengan pedesaan,” beber Horas. 

Sehingga dengan  tantangan yang dihadapi ini, Horas, menyebut  edukasi  adalah kunci untuk meningkatkan literasi keuangan digital ini, termasuk peran media agar terus menyuarakan pentingnya literasi keuangan  

Pimpinan Redaksi KBR.id, Citra Dyah Prastuti mengungkapkan  langkah pertama dan paling penting  dilakukan  media dan jurnalis yakni  mengedukasi diri sendiri  soal literasi keuangan ini sebelum menulis dan menyampaikan kepada publik.

“Kalau ndak mengerti  soal ini, jurnalis akan kesulitan menyampaikan dan menulis  dengan baik soal literasi digital keuangan ini,” jelas Citra.  

Citra menjelaskan soal perlindungan data mengetahui data apa saja yang rentan dan perlu dilindungi

Kejahatan di platform selalu berubah sehingga penting untuk selalu update informasi.  Selanjutnya membangun  awareness ke publik soal kasus terbaru dan bagaimana menyelesaikanya, media harus menjadi sumber andalan dan rujukan. 

Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah menggunakan bahasa dan istilah yang mudah, menyesuaikan target audiens media masing-masing. 

“Yang mengkonsumsi informasi kita manusia biasa memiliki kesibukan, minat dan tidak fokus pada satu hal, sangat penting memberikan informasi dengan menggunakan bahasa yang mudah, sesuai dengan porsinya agar informasinya mudah dan jelas  tersampaikan,” tandasnya. 

Penulis : Rnf