Kendari. Bentara Timur. Meski sempat mengalami kendala, karena longsor pada penggalian dinding saluran peluncur, pembangunan Bendungan Ameroro, salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kecamatan Uepai Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus dikebut.
Saat ini pengerjaan fisik telah mencapai 80,5 persen. Pembangunan Bendungan Ameroro berjalan dengan aman, sesuai rencana dan dipastikan tidak akan mengganggu target jadwal penyelesaian konstruksi bendungan secara keseluruhan. Pada Desember 2023 mendatang pembangunan bendungan ditargetkan selesai.
Direktur Bendungan dan Danau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Adenan Rasyid,
Adapun peristiwa longsornya dinding saluran peluncur bendungan, Adenan memastikan bahwa kejadian itu tidak mengganggu dari struktur bangunan inti bendungan.
Menurut Adenan BWS Sulawesi IV Kendari melaporkan progress pembangunan Bendungan Ameroro saat ini secara keseluruhan telah mencapai 80,5%, dimana progress pembangunan untuk paket 1 berupa pembangunan tubuh bendungan telah mencapai 60% dan pekerjaan paker 2 berupa spillway atau Saluran Pembuang capai 93%.
“Setelah kita lihat titik longsor bukan bagian struktur bendungan dan ini masih sangat aman, ini adalah longsornya tebing di sisi kiri bendungan yang tidak ada hubungannya dengan struktur bendungan dan kami pastikan sangat aman” Jelas Adnan Rasyid dalam keterangan resminya, Kamis 21 September 2023 usai melakukan kunjungan untuk melakukan progres pembangunan Bendungan Ameroro pada Sabtu 16 September 2023.
Pada kunjungan Adenan bersama Kepala Balai Teknik Bendungan, Komisi Keamanan bendungan serta Tim Evaluasi Pembangunan Bendungan ingin memastikan bahwa semua aspek dalam pengerjaan proyek pembangunan bendungan telah dipertimbangkan dengan matang dan semua masalah yang mungkin timbul dapat diatasi secara tepat waktu.
Kunjungan meliputi survei menyeluruh terhadap berbagai aspek dalam pembangunan Bendungan Ameroro, termasuk progress Pekerjaan fisik, lanskap bendungan serta kualitas pelaksanaan konstruksi.
Perlu diketahui Bendungan Ameroro nantinya akan memiliki kapasitas tampung sebesar 88,27 juta m3 dengan luar genangan 375,86 Ha, dan diproyeksikan untuk pemanfaatan pelayanan Daerah Irigasi (D.I) Ameroro dan Meraka seluas 3.363 Ha, pelayanan air baku sebesar 511 liter/detik, pengendalian banjir, pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pariwisata.
Menyikapi peristiwa longsoran yang terjadi pada 12 September 2023, Komisi Keamanan bendungan, Paulus Kurniawan, menuturkan kejadian tersebut tidak ada hubungannya dengan bangunan bendungan atau konstruksi dum penampung air, karena jauh dari titik tersebut, dan itu tidak akan membahayakan.
“Longsoran yang terjadi itu terletak di sisi hilir disamping dari pada bagian ataupun Pelimpah atau Spillway dan itu tidak membahayakan sama sekali terhadap struktur bangunan bendungan yang ada karena hanya berurusan lima kali sepuluh meter saja” Jelas Paulus Kurniawan.
Tim leader Konsultan PT Indra Karya, Anwar Sanusi ST.,MT menyebutkan saat ini sudah untuk penyebab turunnya bebatuan di sisi kiri saluran pembuang itu karena kondisi geologi yang tidak menguntungkan dan saat ini sudah dilakukan pembenahan dan langkah penanganan terhadap titik longsoran yang terjadi.
“Jadi untuk penanganan seperti ini kita akan menggunakan menggunakan metode kita gali perlahan permukaan batuan dari atas sebelumnya kita buat Safety Shotcrete atau menyemprotkan cairan beton sementara ke permukaan tebing kalau itu sudah aman kita akan turunkan, tujuannya untuk mengurangi resiko pelaksanaan pekerjaan baik itu untuk konstruksi yang sedang di bangun ataupun pekerja jadi bisa aman semua” jelasnya.
Untuk diketahui, Bendungan Ameroro 1,5 triliun rupiah dari dana APBN. Pembangunan bendungan ini sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 tahun 2020. Bendungan Ameroro diharapkan dapat memberi manfaat besar terutama untuk menambah jumlah tampungan air di Sulawesi Tenggara dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan ketersediaan air.
Rosniawanti