Pejantan, Solusi Untuk Kelestarian Spesies ‘Erin’ Anoa Betina

Erin, Anoa Betina korban jeratan pemburu sapi liar di Kabupaten Konawe Selatan, ditangkarkan di penangkaran besi BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Sulawesi Tenggara. Foto: RIza Salman

Berbagai upaya dilakukan pihak BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Sulawesi Tenggara untuk melestarikan hewan Anoa, spesies langka endemik Sulawesi dari ancaman kepunahan. Anoa betina korban aktifitas perburuan liar yang ditangkarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tenggara memerlukan bantuan donor pejantan, untuk meneruskan keberlangsungan spesiesnya. Tindakan konservasi terhadap habitat dan populasinya sangat penting untuk segera dilakukan, demi mencegah kepunahan.

Erin seekor Anoa betina berumur dua tahun telah divonis tidak dapat bertahan hidup normal seperti satwa-satwa lainnya di alam bebas oleh para Dokter Hewan dan pihak BKSDA Sulawesi Tenggara. Kaki kiri bagian depan tubuh Erin buntung, tidak efektif untuk digunakan untuk menjelajah dan mencari makan di habitat aslinya di kawasan pegunungan, daratan pulau Sulawesi.

Bukan hanya tentang kaki, persoalan lain mulai bermunculan. Erin diusianya yang matang kini sedang menjalani masa subur, membutuhkan pejantan untuk melangsungkan perkawinan secara alami. Namun keinginan Erin tidak tergapai, lantaran penangkaran BKSDA tidak memiliki koleksi Anoa jantan. Berbagai cara pun ditempuh, diantaranya mencari donor pejantan pada penangkaran serupa di sejumlah Provinsi lain. Namun tetap saja menemui jalan buntu. Tidak satupun penangkaran yang menyanggupi permintaan pihak BKSDA tersebut.

Kepala Konservasi Wilayah II BKSDA Sulawesi Tenggara, La Ode Kaida menjelaskan jika kurangnya ketersediaan Anoa dan tidak adanya biaya operasional mengatur hal itu menjadi kendala utama dalam upaya pelestarian satwa endemik khas Sulawesi ini. “dan sekarang Erin sudah berada di kandang yang layak, yang kami adakan pada tahun 2020. Dan yang dibutuhkan Erin adalah anoa jantan untuk kawin” kata Kaida sembari memberi pakan Kangkung kepada Erin di dalam penangkarannya. Kandungan zat besi dalam Kangkung sangat dibutuhkan untuk menjaga stamina tubuh Erin jika kedepannya menemui donor untuk melangsungkan perkawinan.

Pihak BKSDA berharap di momentum Hari Keanekaragaman Hayati yang diperingati masyarakat dunia setiap tanggal 22 Mei ini, Erin mendapat solusi untuk kelangsungan spesiesnya. Pasalnya, “Erin tidak akan dilepas liarkan ke alam karena kondisi kaki depannya di amputasi” kata Kaida.

 

Reporter: Riza Salman