Labungkari. Bentaratimur.id – Puluhan anak di Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah (Buteng) mengikuti khitanan atau sunatan massal. Totalnya ada 50 anak berusia sekitar 7 hingga 10 tahun ini datang dari berbagai desa dan kelurahan yang ada di wilayah itu.
Sunatan massal itu digelar tanpa pungutan biaya baik administrasi juga pengobatan, dihelat di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI ) Buteng yang berada di Jalan Jenderal Sudirman, Lombe, Sabtu 26 Februari 2022.
Sebelum khitanan dimulai, tim medis menyampaikan bahwa metode sunatan ini prosesnya cepat dan bisa meminimalisir rasa nyeri terutama pada saat pemberian anestesi. Proses penyembuhan bahkan terbilang singkat hanya tiga hari saja. Dengan metode ini membuat anak tidak akan merasa takut dan kesakitan. Pasca khitan anak bisa langsung berjalan juga berlari.
“ Anestesi tanpa jarum suntik. Hanya dimasukan obat melalui pori-pori kulit dengan metode free needle injection. Setelah hilang rasa sakitnya, kita masukan super ring itu. Setelah itu kita ikat ringnya. Jadi tidak dijahit lagi, tidak ada pendarahan” terang Akbar Muitan Lantau, dokter yang menangani khitanan.
Usai memberikan penjelasan, Akbar lantas meminta anak-anak yang akan menjalani sunat untuk menepis ketakutan manakala prosesi sunat berlangsung.
Adalah Sabil, bocah 6 tahun asal Kelurahan Watulea menjadi, anak pertama yang mau disunat pasca diberikan penjelasan singkat dari tim medis. Ditemani orang tuanya, Sabil lantas menuju bilik sunat. Di sana dokter dan beberapa perawat sudah menunggunya. Ia berjalan pelan ke dengan wajah penuh cemas ke dalam bilik sunat.
Selang beberapa menit Sabil pun keluar dari dalam ruangan. Ekspresinya berbeda saat keluar, kali ia berjalan cepat, wajahnya juga sumringah, senyum dikulum, taka ada ekspresi takut pun sakit.
Namun, pikiran para bocil itu seketika sirna usai mereka melihat Sabil disunat. Sabil terlihat sumringah bahkan dia mengaku tidak merasakan perih, dia pun sempat melompat dan berlari-lari untuk menunjukkan ke teman-temannya bahwa .
“Tidak sakit, seperti di gelitik saja,” ujar Sabil singkat dengan wajah sumringah. Ia bahkan berlari dan melompat untuk menunjukan ke teman-temanya tak ada rasa sakit pasca khitan.
Hasyim (35), asal Desa Kamama Mekar, orang tua dari salah satu peserta sunatan massal, mengaku kagum dengan cara sunat yang dilakukan oleh PMI Buteng. Hasyim pun sebelumnya mengira teknik sunatnya masih seperti pada eranya dulu, konvensional.
“Ternyata beda sewaktu saya disunat. Dulu kita disuntik, digunting, dijahit baru diperban. Sembuhnya juga tergantung kondisi tubuh kalau banyak bergerak lama juga sembuhnya. Nanti mi tadi saya lihat ternyata caranya begitu, modern,” ujarnya.
Selain mendapatkan obat secara gratis, Hasyim juga mengaku puas dengan hasil sunat anaknya yang dilakukan oleh PMI Buton Tengah. “Alhamdulillah saya puas, saya juga tidak khawatir dengan kondisi anak saya yang disunat,” tuturnya.
“Tadi juga anak saya dikasih obat gratis, juga disuruh supaya diolesi baby oil atau minyak zaitun setiap hari, dokter juga bilang hari Rabu anak saya sudah bisa mandi di laut, nanti beberapa hari cincinnya terlepas sendiri” sambungnya.
Saat ditanya dari mana dirinya mengetahui informasi tentang sunatan massal gratis ini, Hasyim pun menjawab, jika dirinya mendapatkan informasi dari temannya.
“Saya tahu sunatan masal gratis ini dari teman saya. Katanya ada sunat gratis tanggal 26 di tempat praktek nya Dokter Akbar, per Desa tiga orang diambil. Ternyata hari ini, saya datang mi tadi pagi,” tutupnya.
Reporter : (Mss)