Bentaratimur.id

Jejak Penyelundupan Ikan Napoleon : Dari Keramba Tenggelam di Taman Nasional Wakatobi ke Pasar Gelap Asia

Bentara Timur –  Meski regulasi telah melarang keras pemanfaatan ikan napoleon (Humphead Wrasse) dari kawasan Taman Nasional Wakatobi, perburuan ilegal terhadap spesies langka ini terus terjadi.

Permintaan tinggi dari pasar dalam dan luar negeri terutama Hong Kong dan Tiongkok mendorong nelayan menangkap ikan berwarna biru kehijauan ini untuk memenuhi pesanan restoran mewah di dua negara tersebut.

Dari perairan jernih Wakatobi, napoleon dipaksa meninggalkan rumah alaminya di antara karang-karang sehat demi memenuhi selera pasar yang rakus.

Jaringan Gelap di Balik Karamba Tenggelam

Investigasi mengungkap adanya jaringan terorganisir yang mengekspor napoleon secara ilegal. Modusnya menggunakan keramba tenggelam dan melakukan pemindahan muatan di tengah laut praktik berisiko tinggi yang tak hanya mengancam kelestarian napoleon, tapi juga merusak keseimbangan ekologis di Wakatobi.

Sebagai pemangsa puncak, napoleon memegang peran penting dalam menjaga stabilitas ekosistem terumbu karang. Eksploitasi terhadapnya berarti mengganggu rantai kehidupan ribuan spesies laut dan masyarakat pesisir yang bergantung padanya.

Urgensi Uji DNA Moronene, Menguak Nenek Moyang Sulawesi Tenggara yang Terdesak Krisis Ekologis

Ikan napoleon di rumah salah satu pengepul di Wanci. | Foto: Yuli Z.

Di sebuah keramba berukuran sembilan meter persegi, dua ekor napoleon sebesar telapak tangan pria dewasa berenang terbatas, menabrak jaring, lalu berputar pelan. Mereka sudah beberapa hari terkurung sejak ditangkap di laut Wakatobi.

“Baru beberapa hari lalu ditangkap,” ujar seorang nelayan di Wanci, Kabupaten Wakatobi, pada September 2023.

Kerambanya berdiri di tepi laut, menyerupai pondok beratap dengan jaring mengelilingi sisi-sisinya tempat penampungan sementara sebelum dijual ke pengepul besar yang dikenal luas sebagai pemasok utama napoleon ke luar negeri.

“Di Wanci, penampung besar napoleon cuma dia. Saya jual Rp200 ribu per kilo untuk ikan hidup. Kita di sini ditadah sama dia,” tambahnya.

Rantai Perdagangan dari Pulau ke Pulau

Menurut nelayan lain, jaringan perdagangan ini tersebar di empat pulau besar Wakatobi dan melibatkan ratusan nelayan. Ikan-ikan yang dibeli pengepul dipindahkan ke keramba apung jauh dari pesisir. Beberapa sumber menyebut pengepul juga memiliki keramba tenggelam di tengah laut yang sulit dijangkau.

Marsinah: Jejak Sunyi Buruh Perempuan di Bawah Bayang Rezim Orde Baru

Citra satelit Google Earth (November 2021) memperlihatkan sejumlah keramba sekitar 3,5 km dari pantai, dapat dicapai 20–30 menit dengan perahu. Namun, ketika tim kolaborasi tiba di lokasi, hanya kerapu dan sunu yang ditemukan.

Mencari tahu letak keramba melalui citra satelit. | Desain: Finlan Aldan

Agustus 2025, tim kembali ke Tomia dan menemukan delapan kotak keramba berukuran 16 meter persegi dengan bangunan beratap yang tidak terdeteksi satelit karena sering berpindah lokasi. Napoleon tetap tak ditemukan.

Di kalangan warga Wakatobi, kisah bisnis ilegal napoleon bukan rahasia. Setiap satu-dua kali sebulan, kapal pengangkut ikan hidup dari Bali datang ke Wanci. Saat senja menjelang malam, kapal itu mengambil kerapu, sunu, dan lobster dari keramba apung. Dalam perjalanan kembali ke Bali, perahu kecil membawa napoleon hidup mengikuti di belakang. Proses pemindahan dilakukan diam-diam di tengah laut.

“Modusnya begitu. Malam-malam di tengah laut, napoleon dipindahkan,” kata seorang warga.

Asep Rahmat Hidayat, Kepala PSDKP Kendari, membenarkan modus tersebut.

“Biasanya mereka sisipkan napoleon di antara ikan konsumsi seperti kerapu dan sunu. Kami pernah temukan di Tual tahun 2011. Di Sulawesi Tenggara memang belum ada temuan,” ujarnya pada 21 Oktober 2025.

Karena sensitif terhadap perubahan lingkungan, napoleon harus diangkut hidup-hidup menggunakan bak berair laut bersirkulasi. Campuran air sungai bisa mematikan mereka, sehingga lokasi keramba dipilih dengan sangat hati-hati.

Asep menambahkan, di wilayah terpencil yang minim pengawasan, penyelundupan lebih mudah dilakukan. Kapal pengangkut dilengkapi sistem aerasi dan pompa untuk menjaga kondisi air tetap stabil.

“Ikan kakatua tidak mungkin diletakkan di keramba karena nilai ekonomisnya rendah,” tegasnya menepis upaya penyamaran.

Penelusuran akun resmi X Badan Karantina Ikan Wilker Wakatobi (@wilkerwanci) menemukan dua kapal pengangkut ikan dari wilayah itu yakni KM Nagama Biru 01 dan KM Pulau Mas 10 keduanya menuju Benoa, Bali.

KM Pulau Mas 10 dilaporkan tenggelam di NTT pada 2019. Sedangkan KM Nagama Biru 01 pernah ditahan pada September 2016 di Kalimantan karena membawa 180 ekor napoleon hidup menuju Bali, diduga dikumpulkan sepanjang rute termasuk dari Wakatobi.

Dari Bali ke Hong Kong, Jejak Mewah Ikan Terlarang

Dari Bali, napoleon diduga kuat dikirim ke Hong Kong. Per Maret 2024, tercatat 14 kapal berbendera Hong Kong keluar-masuk perairan Indonesia. Banyak di antaranya singgah ke keramba nelayan untuk mengambil kerapu dan menyelundupkan napoleon. Setibanya di Hong Kong, kapal-kapal ini kerap diklaim sebagai kapal pemancing sehingga bebas dari pemeriksaan bea cukai.

Profesor Yvonne Sadovy de Mitcheson dari Universitas Hong Kong menyebut, Indonesia hanya memberikan izin ekspor resmi napoleon dari wilayah seperti Natuna dan Anambas. Namun, banyak kapal pengangkut tidak melaporkan muatan sesuai kode spesies dan tak ada sistem pemantauan yang efektif.

Harga napoleon di Hong Kong tak pernah di bawah Rp1 juta per kilogram dan melonjak tajam saat musim liburan. Berdasarkan riset Loby Hau (2022) di bawah bimbingan Yvonne, harga napoleon ukuran 0,5 – 1 kilogram bisa mencapai lima kali lipat dari harga nelayan di Indonesia.

Penelusuran Google Maps menunjukkan napoleon masih dijual di dua restoran Hong Kong Chuen Kee dan Hung Kee namun asalnya sulit dilacak.

Bagaimana ikan napoleon dari Hong Kong diduga dikirim ke Cina? | Desain: Finlan Aldan

Sebagian besar napoleon justru dikirim ke Tiongkok, terutama ke Hainan, Shenzhen, Guangzhou, Shanghai, dan Beijing, di mana di hotel-hotel mewah harganya bisa menembus 600 dolar AS per kilogram (sekitar Rp10 juta).

Untuk menembus perbatasan, penyelundup memilih titik transit dekat Shenzhen, kota besar yang dikenal sebagai pusat pasar gelap. Dari Hong Kong, napoleon dan ikan karang hidup lain seperti kerapu, lobster, serta sirip hiu diselundupkan menggunakan kapal cepat melalui rute Lau Fau Shan–Shekou atau Crooked Island – Yantian  perjalanan hanya 5 – 15 menit sebelum disebar ke seluruh Tiongkok.

Status Ilegal dan Celah Regulasi

Kepmen KP Nomor 37 Tahun 2013 menetapkan napoleon sebagai satwa dilindungi terbatas. Ikan berukuran 100 gram – 1 kilogram dan di atas 3 kilogram dilarang ditangkap. Meski demikian, karena masuk Apendiks II CITES, perdagangan internasional hanya boleh dilakukan melalui jalur udara. Faktanya, banyak yang diselundupkan lewat laut dengan cara disembunyikan di palka bawah kapal.

Indonesia menetapkan kuota ekspor 8.907 ekor per tahun sejak 2004, namun sempat melonjak hingga 13.000 ekor pada 2018 karena kebijakan ranching atau sistem pembesaran ikan dari benih liar di Natuna dan Anambas. Celah ini membuka peluang penyelundupan napoleon dari wilayah terlarang seperti Wakatobi, yang tidak mendapat kuota ekspor pada 2022.

Koordinator BPSPL Makassar Wilayah Kendari Jufri, menjelaskan bahwa Sulawesi Tenggara baru membuka izin pemanfaatan alam pada 2025 dengan kuota 200 ekor (ukuran 1-3 kg), hanya untuk perdagangan domestik, bukan ekspor. Satu-satunya pemegang izin ialah Jumrin dari Kendari.

“Penangkapan di dalam kawasan Taman Nasional Wakatobi tetap ilegal meskipun memiliki izin.” Tegas Jufri

Tim kolaborasi telah mencoba menghubungi pihak Taman Nasional Wakatobi, namun belum mendapat tanggapan hingga berita ini diturunkan.

Napoleon Penjaga Keseimbangan Laut

Napoleon memiliki pertumbuhan lambat dan sifat hermafrodit protogini lahir sebagai betina lalu berubah menjadi jantan menjadikannya sangat rentan terhadap eksploitasi. Ikan yang bisa tumbuh hingga dua meter dan 190 kilogram ini berperan penting sebagai :

  • pengendali bulu babi, bintang laut mahkota duri, dan siput drupella
  • pemangsa generalis yang menjaga keseimbangan
  • pencegah ledakan populasi hama karang
  • pendorong regenerasi karang
  • penjaga keanekaragaman hayati
  • indikator kesehatan ekosistem
  • pengatur perilaku dan distribusi ikan karang lainnya

Penelitian menunjukkan, terumbu karang dengan populasi napoleon sehat lebih tahan terhadap tekanan lingkungan. Hilangnya napoleon dari Wakatobi akibat perdagangan ilegal bukan sekadar kejahatan ekonomi, melainkan kejahatan ekologis lintas generasi.

Celah Hukum dan Pengawasan Lemah

Maraknya penyelundupan napoleon tak lepas dari tumpang tindih kewenangan, lemahnya koordinasi antar instansi, dan pengawasan laut yang minim. Kebijakan yang kontradiktif melindungi di satu sisi, membuka izin ekspor di sisi lain membuka ruang penyimpangan.

Selama permintaan masih tinggi dan pengawasan longgar, perdagangan gelap ini akan terus berlanjut.

“Kita sudah sampaikan ke kapal pengangkut ikan hidup, jangan bawa napoleon. Kalau tidak ada yang beli, nelayan juga malas. Banyak kapal sudah paham, tapi belum seratus persen,” ujar Asep, Kepala PSDKP Kendari.

Wakatobi kehilangan salah satu penjaga karangnya, sementara meja-meja restoran mewah di Hong Kong dan Tiongkok terus menyajikan kelezatan yang sesungguhnya berasal dari kejahatan laut.


Liputan ini didukung oleh Garda Animalia melalui program Fellowship Bela Satwa Project 2023