Kendari. Bentara Timur – Wabah pandemi Covid-19 sudah berlangsung 9 bulan di Indonesia, menyebabkan banyak keterbatasan aktivitas di luar rumah. Namun begitu selama berada di rumah, oleh sebagian masyarakat rupanya dimanfaatkan dengan mengisi beragam aktivitas positif atau hobi baru yang bermanfaat dan menyenangkan.
Salah satu aktivitas atau hobi baru yang digandrungi selama pandemi adalah berkebun. Adalah Asdin, 36 tahun, warga yang bermukim di Kelurahan Lamangga Kecamatan Betoambari ini mempunyai lahan kosong di rumahnya. Lahan minimalis itu disulapnya menjadi rumah bagi aneka sayur-mayur dan beberapa tanaman boga. Tanaman-tanaman itu ia budidayakan secara hidroponik.
“Ada selada, daun mint, tomat, cabe, kangkung dan lainya juga. Untuk bibit tanaman yah belinya di toko tani atau juga berbagi benih dengan sesama anggota urban farming,” cerita Asdin, kepada Bentara Timur, Sabtu (28/11/2020). Pria yang sehari-harinya bekerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau mengaku sudah menyukai berkebun sejak beberapa tahun lalu, dan aktivitas itu makin ditekuni saat ia harus work from home atau bekerja dari rumah.
Asdin yang bergabung dalam komunitas urban farming di Kota Baubau menyampaikan ada banyak manfaat dari berkebun, pertama, membantu ketercukupan pangan keluarganya. Jika ingin makan sayur atau, ia tinggal memanen di halaman belakang rumahnya.
” Alhamdulillah kami sekeluarga tidak terlalu merasakan sayuran mahal di pasar, cabe atau tomat, sayur kalau mau makan tinggal petik saja di belakang,” tambahnya.
Keuntungan lain dari hobinya berkebun, terang Asdin, juga telah membantu perekonomian keluarganya. Hasil panen dari budidaya sayur-mayur di kebun hidroponiknya ini, ia menyuplai sayuran sejumlah rumah makan di Kota Baubau.
Ia juga Dia berharap aktivitas berkebun juga diikuti oleh warga Baubau lainya.
Pemanfaatan lahan minimalis juga ditekuni Maryam, warga Teporombua, Kecamatan Baruga Kota Kendari. Perempuan 4 anak ini mengaku sempat mengabaikan lahan kosong di rumahnya. Namun oleh suaminya, Ambo Intang, lahan kosong melompong itu pun diubah.
Rumah Maryam yang berada di kawasan padat pemukiman, terlihat asri dan rimbun dengan deretan pipa-pipa yang diatur berbanjar berisi berbagai sayuran, antara lain, pakcoy, sawi juga selada. Sayuran-sayuran itu dibudidayakan dengan perlakuan organik.
Hobi menanam menurut Maryam yang ia lakoni bersama suaminya juga mendatangkan keuntungan. Sejak memulai dari 2018 lalu, omsetnya bisa sampai puluhan juta sekali panen.
“Lumayan Alhamdulillah, perputaranya cepat, bahkan kini sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar,” terang Maryam, yang ditemui di rumahnya awal November lalu.
Hanya Demam Sesaat ?
Di lansir dari BBC.com Indonesia, pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Jakarta, Yayat Supriatna menilai bahwa aktivitas berkebun kemungkinan hanya terjadi di masa pandemi.
Ia mengatakan selama pandemi memang aktivitas masyarakat di luar ruangan terbatas.
Tidak seperti sebelum pandemi, kebahagiaan bisa dicari lewat belanja, ke mal, berkantor, berkumpul, berwisata dan lainya”
” Kalau masyarakat dikekang ada constraint di sit, harus ada ruang,”
“Makin ketat aturan, makin mengekang, maka orang akan keluar mencari ruang-ruang baru,” kata Yayat seperti dikutip dari BBC.com medio Oktober 2020 lalu.
Yayat mengurai demam berkebun yang santer dilakoni sebagian warga sama halnya dengan tren bersepeda yang ramai dilakukan di masa pandemi.
” Bagi mereka ketika eksis, kemudian di-upload di instagram itu tadi. Jadi berkebun pun semacam branding. Jadi sekarang itu bersepeda pun bukan hanya sekadar menyalurkan, tapi menjadi status,” kata Yayat
Menurutnya pekerjaan rumah terbesar dari berkebun di rumah adalah konsistensi untuk merawat tanaman.
Reporter : (onf)