Anda termasuk pencinta kopi atau sekadar penikmat saja? Bagaimana dengan sensasi kopi khas Tana Toraja, Enrekang, dan Luwu? Ketiganya memang nikmat diseruput. Inilah produk kopi khas Sulawesi Selatan dengan kualitas internasionalnys itu.
Kopi asal Tana Toraja memang sudah lama jadi primadona dan telah menjadi merek dagang khas daerah ini. Terkenal di seluruh daerah, bahkan ke tingkat internasional.
Aroma kopi jenis Arabika sangat menggoda, dan memberikan sensasi tersendiri bagi penikmatnya. Tidak heran jika kopi itu digemari di Jepang dan Amerika Serikat, diekspor ke negara-negara itu. Kopi ini jauh mengungguli kopi Brazil dan Vietnam.
Dalam daftar kopi terbaik dunia, lima dari sepuluh jenis kopi terbaik itu memang berasal dari Indonesia. Tidak salah jikai kopi Toraja pernah memecahkan rekor sebagai kopi termahal yang pernah dijual tahun 2012 silam.
Jepang, Taiwan dan Korea tidak hanya membeli kopi Toraja dalam bentuk bubuk. Negara-negara itu juga membeli dalam bentuk biji kopi hijau. Harganya US$ 45/kg, padahal saat itu harga kopi rata-rata hanya US$ 6-8/kg.
Akibat harganya yang mahal itu, Toraja Sapan kini sejajar dengan kopi mahal lainnya seperti Kilimanjaro Coffee dan Columbia Supremo. Toraja Sapan masuk ke dalam jenis specialty coffee atau kopi spesial.
Untuk menikmati secangkir kopi mahal ini tidak perlu jauh-jauh ke Tana Toraja. Anda bisa mendapatkannya di beberapa warung kopi (warkop), cafe, dan restoran berkelas lainnya. Antara lain di Warkop Phoenam, Dg Sija dan Warkop Bundu.
Soal harga memang cukup terjangkau. Rata-rata dipatok Rp10 ribu untuk kopi plus susu dan Rp8.000 saja untuk kopi hitam tanpa susu.
Kendati demikian, harga ini menjadi dua kali lipat ketika Anda menikmatinya di restoran. Sebab hasil seduhan menggunakan mesin modern, ditambah suasana yang tidak Anda temukan di warkop, membuat harganya berbeda. Di tempat seperti itu harganya dibanderol Rp23 ribu per gelas.
Pengelola Warkop Bundu di Jalan Aroepala Fahmi mengatakan, di warkop yang berdiri sejak 2011 itu juga menggunakan kopi Toraja spesial.
“Saya belinya dari supplier yang menyediakan di Makassar. Lebih memilih yang masih berbentuk biji supaya aromanya terjaga dan tetap fresh. Nanti mau dimasak baru digiling,”katanya.
Pencinta atau sekadar penikmat kopi memiliki beragam jawaban saat ditanya alasan meminum kopi. Safri salah seorang pengunjung Warkop Bundu mengaku dirinya bukanlah pencinta tetapi hanya penikmat kopi saja.
“Saya hanya suka minum kopi ketika merokok. Karena lidah tidak akan terasa tawar saat merokok,” katanya.
Sensasi rasa dan aroma yang ditawarkan kopi Toraja memang selalu mengundang selera siapa saja. Anda tidak hanya bisa menikmati kopi di pinggiran jalan, tetapi juga kopi yang kini mudah ditemukan dengan sajian berkelas. Kopi ini tidak lagi diseduh secara tradisional seperti menggunakan teko biasa sebagai alat pemanas air.
Arabica dan Robusta , dua jenis kopi yang berbeda. Perbedaan umum terletak pada rasa. Arabica memiliki variasi rasa yang lebih beragam, dari rasa manis dan lembut hingga rasa kuat dan tajam. Sebelum disangrai, aromanya seperti blueberry, setelah disangrai, biji kopi arabica beraroma buah-buahan dan manis.
Sedangkan robusta memiliki variasi rasa netral sampai tajam dan sering dianggap memiliki rasa seperti gandum. Biji kopi robusta sebelum disangrai beraroma kacang-kacangan.
Sayangnya, jarang terdapat robusta berkualitas tinggi di pasaran. Selain itu, harga biji kopi arabica lebih tinggi dibanding kopi Robusta.
source: Inside Indonesia