Wajah Baru Pantai Nambo, Praktisi Pariwisata Minta Pemerintah Tak Lupa Soal Pemberdayaan Masyarakat

Pantai Nambo, Google Maps Fe Al Izlami

Kendari. Bentara Timur – Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari tengah gencar melakukan revitalisasi Pantai Nambo, destinasi wisata yang terletak di Kecamatan Nambo.

Salah satu praktisi pariwisata Sulawesi Tenggara (Sultra) Ahmad Nizar angkat bicara mengenai geliat pembangunan di Pantai Nambo. Ia memgapresiasi langkah tersebut namun mengingatkan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan juga melibatkan warga sekitar.

“Pantai Nambo selama ini cukup dimanjakan karena merupakan lahan milik pemerintah. Infrastruktur pun sepenuhnya dibangun negara. Tapi dalam pengembangan pariwisata, kita tidak bisa mengandalkan pendekatan proyek semata. Harus ada masterplan jangka panjang, karena pariwisata bukan soal siapa pemimpinnya, tapi bagaimana dampaknya bisa berkelanjutan bagi masyarakat sekitar,” ujar Ino, sapaan akrab Ahmad Nizar, Senin 9 Juni 2025

Sebagai praktisi berpengalaman, Ino tercatat telah mendampingi sejumlah desa wisata hingga meraih penghargaan nasional, termasuk Desa Wisata Labengki yang tahun ini menyabet peringkat 1 ADWI 2025. Ia juga menjabat di berbagai asosiasi pariwisata serta memiliki sertifikasi sebagai asesor dan pelatih kepariwisataan dari BNSP.

Menurutnya, Pantai Nambo sudah sejak lama ditetapkan sebagai Kampung Wisata oleh Wali Kota Kendari. Status ini, lanjut Ino, harus dijadikan dasar untuk mendorong pendekatan Community-Based Tourism atau pariwisata berbasis masyarakat.

“Penataan kawasan sangat penting, tapi lebih penting lagi bagaimana masyarakat sekitar bisa berperan dan merasakan manfaatnya. Sudah ada Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang mestinya dilibatkan aktif dalam pengelolaan teknis di lapangan,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya pengawasan lingkungan sekitar Pantai Nambo. Dulu, kata Ino, dirinya beberapa kali menemukan fenomena laut yang menguning saat melakukan pelatihan lapangan di lokasi tersebut.

“Jangan sampai revitalisasi gagal memberi kenyamanan karena faktor lingkungan yang diabaikan. Harus ada perhatian serius terhadap dampak ekologis, karena pantai ini berada di kawasan kota yang sangat padat. Tidak bisa disamakan dengan pantai alami yang masih perawan di pulau-pulau luar,” tambahnya.

Meski begitu, Ino menilai langkah Pemkot Kendari sudah tepat dengan terus memoles wajah Pantai Nambo sebagai destinasi terakhir yang tersisa di dalam kota.

“Selama pengembangan dilakukan dengan niat baik dan melibatkan masyarakat, tentu kita dukung. Yang penting bukan hanya cantik secara fisik, tapi juga bisa memberi kenyamanan bagi pengunjung dan manfaat bagi warga,” pungkasnya.

Pantai Nambo kini perlahan mulai bertransformasi menjadi kawasan wisata yang lebih modern dan tertata. Pemerintah berharap revitalisasi ini akan menjadikan Pantai Nambo sebagai ikon wisata kota yang mampu bersaing, meski dikepung oleh pesona pantai-pantai lain di sekitarnya.

Editor : R. Hafid